Jumat, 30 Maret 2012

Solusi menangani anak ADHD

Penanganan pharmacological diterapkan tergantung pada hasil diagnosa dokter dan psikolog. Umumnya dokter memberikan obat-obatan pada anak. Selama masa terapi ini, sangat disarankan agar orang tua senantiasa berhubungan dengan dokter. Sedangkan nonpharmacological adalah cara alternatif menangangi ADHD tanpa obat, yaitu: pendidikan khusus, terapi perikalu dan psikoterapi seluruh keluarga.
Hingga saat ini para ahli masih meneliti dampak penanganan alternatif ini dalam mengembangkan disiplin dan rasa tanggung jawab pada anak pengidap ADHD.
Beberapa cara menghadapi anak ADHD adalah:
1.     Menjaga kesehatan diri, hal ini sangat penting karena anda membutuhkan energi yang cukup untuk menangani anak ADHD.
2.    Banyaklah belajar tentang ADHD, karena anda akan lebih mampu untuk membantu anak ADHD jika telah memahaminya.
3.     Belajarlah ketrampilan tentang perilaku anak-anak. Mereka memerlukan bantuan bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain secara normal.
4.    Bantulah anak ADHD agar mampu menjaga diri mereka sendiri.
5.    Bantulah anak ADHD supaya dapat bersekolah dengan baik. Hal ini karena ADHD menghambat kemampuan anak untuk bisa berhasil dalam sekolahnya. Dampingi mereka agar akademis, sosial, dan psikisnya tetap terkontrol.
6.    Berikan dan bantu anak ADHD untuk melakukan tugas di rumah. Dibanding dengan anak-anak yang lain, mereka mengalami kesulitan berkomunikasi. Seringnya menghiraukan instruksi menyebabkan kekacauan dalam melakukan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakselesaian tugas tersebut.
7.    Sangat diperlukan, kepekaan, kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan ide kreatif agar dapat membantu anak ADHD dalam belajar, berketrampilan, dan memenuhi tugas di rumah dan sekolah.
8.     Aktifkan diri anda. Banyak media yang tersedia, seperti: majalah, koran, CD interaktif, perpustakaan, internet, dan sebagainya.
Terapi yang diberikan untuk pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah:

PENGOBATAN
Untuk meminimalisir efek ADHD, struktur, rutinitas, rencana intervensi sekolah, dan teknik pengasuhan yang dimodifikasi sering diperlukan. Beberapa anak yang tidak agresif dan yang datang dari lingkungan rumah stabil dan lingkungan rumah yang mendukung mungkin lebih berguna dengan pengobatan obat sendiri. Terapi kelakuan yang diadakan oleh seorang psikolog anak kadang-kadang digabungkan dengan pengobatan obat.
Terapi yang diberikan untuk pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah:

Terapi Obat-obatan

Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendali, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, dan clonidine.

Terapi nutrisi dan diet

Keseimbangan diet karbohidrat protein.

Terapi biomedis

Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino.

Terapi behaviour

Terapi cognitive behaviour untuk membantu anak dengan ADHD untuk beradaptasi skill dan memperbaiki kemampuan untuk memecahkan masalah.
Metode pengobatan sering melibatkan beberapa kombinasi modifikasi perilaku, perubahan gaya hidup, konseling, dan pengobatan. Sebuah studi 2005 menemukan bahwa manajemen medis dan pengobatan perilaku ADHD adalah yang paling efektif strategi manajemen, diikuti dengan obat saja, dan kemudian pengobatan perilaku . Sementara obat telah terbukti dapat meningkatkan perilaku ketika diambil dalam jangka pendek, mereka belum terbukti mengubah hasil jangka panjang. Obat memiliki setidaknya beberapa efek pada sekitar 80% orang.

Psikososial
Bukti yang kuat untuk efektivitas pengobatan perilaku pada ADHD. Dianjurkan baris pertama pada mereka yang memiliki gejala ringan dan pada anak-anak usia prasekolah. Terapi psikologis digunakan termasuk masukan psychoeducational, terapi perilaku, terapi kognitif perilaku. Macam-macam  pelatihan antara lain Interpersonal psikoterapi ( CBT), terapi keluarga (IPT), intervensi berbasis sekolah, pelatihan keterampilan sosial, pelatihan orang tua, neurofeedback, dan paparan alam. Induk pelatihan dan pendidikan telah ditemukan memiliki manfaat jangka pendek [140]. Ada kekurangan penelitian yang baik pada efektivitas terapi keluarga untuk ADHD, namun bukti yang ada menunjukkan bahwa adalah sebanding dalam efektivitas pengobatan seperti biasa di masyarakat dan lebih unggul dari obat placebo.

Obat
Methylphenidate (Ritalin) 10 mg tablet.
Methylphenidate adalah obat psikostimulan yang paling sering diresepkan. Obat ini seefektif psikostimulan lain (seperti dextroamphetamine) dan mungkin lebih aman. Sejumlah obat bentuk lepas lambat (beraksi lebih panjang) methylphenidate bisa dijumpai disamping bentuk biasa dan dapat diminum satu kali sehari. Efek samping methylphenidate seperti gangguan tidur, seperti insomnia, menekan selera makan, depresi atau kesedihan, sakit kepala, sakit perut, dan tekanan darah tinggi. Semua efek samping ini hilang jika obat dihentikan, tetapi, kebanyakan anak tidak mempunyai efek samping kecuali barangkali selera makan yang berkurang. Tetapi, jika dosis besar diminum dalam jangka waktu yang lama, methylphenidate sekali-sekali bisa memperlambat pertumbuhan anak; oleh karena itu, dokter mengamati berat badan anak.
Obat stimulan adalah pengobatan pilihan. Ada beberapa non-stimulan obat, seperti atomoxetine, yang dapat digunakan sebagai alternatif. Tidak ada studi yang baik dari perbandingan efektivitas antara berbagai obat, dan ada adalah kurangnya bukti tentang pengaruhnya terhadap kinerja akademik dan perilaku sosial. Sementara stimulan dan atomoxetine umumnya aman, ada efek samping dan kontraindikasi untuk penggunaannya. Obat tidak dianjurkan untuk anak-anak prasekolah, karena efek jangka panjang pada orang muda tersebut tidak diketahui. Ada sangat sedikit data pada keuntungan jangka panjang atau efek yang merugikan dari stimulan untuk ADHD. Setiap obat yang digunakan untuk ADHD mungkin memiliki efek samping obat seperti sebagai psikosis dan mania, meskipun methylphenidate diinduksi psikosis tidak umum. Orang dengan ADHD memiliki peningkatan risiko penyalahgunaan zat, dan obat stimulan mengurangi risiko ini. Stimulan obat dalam dan dari diri mereka sendiri namun memiliki potensi untuk penyalahgunaan dan ketergantungan. Pedoman kapan harus menggunakan obat bervariasi secara internasional, dengan Inggris National Institute of Clinical Excellence, misalnya, merekomendasikan penggunaan hanya pada kasus yang berat, sementara sebagian besar Amerika Serikat pedoman merekomendasikan obat di hampir semua kasus.
Sejumlah obat lain bisa dipakai untuk mengobati gejala kurangnya perhatian dan prilaku. Seperti clonidine, amphetamine - obat dasar, obat antidepresi, dan obat anti ansietas. Kadang-kadang, kombinasi obat digunakan.

PENCEGAHAN

Anak dengan ADHD secara umum tidak menjadi terlalu besar kurangnya perhatian mereka, walaupun mereka dengan hyper-aktivitas cenderung untuk menjadi agak lebih tidak impulsif dan hiper-aktif dengan usianya. Tetapi, kebanyakan remaja dan orang dewasa belajar menyesuaikan diri terhadap kurangnya perhatian mereka. Masalah lain yang muncul atau menetap di masa remaja dan kedewasaan termasuk prestasi akademis yang buruk, rendah penghargaan terhadap diri sendiri, kegelisahan, depresi, dan kesukaran dalam mempelajari prilaku sosial yang pantas. Penting, mayoritas anak itu dengan ADHD menjadi orang dewasa produktif, dan orang dengan ADHD kelihatannya menyesuaikan diri lebih baik bekerja daripada situasi sekolah. Tetapi, jika kekacauan tak diobati di masa kecil, risiko penyalahgunaan alkohol atau bahan lainnya atau bunuh diri mungkin meningkat.

Perilaku ADHD dapat di-minimaze, tentunya hal ini memerlukan dukungan yang solid dari lingkungannya. Akan sangat baik sekali apabila seorang anak mendapatkan konsumsi ASI (Air Susu Ibu) yang mencukupi. Hal ini akan membangun daya tahan tubuh/imun bagi anak, sehingga diharapkan anak yang mengalami ADHD memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik dan mampu beraktivitas dengan lebih normal.

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_hyperactivity_disorder
http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html
http://perempuanmanies.wordpress.com/2010/04/09/solusi-untuk-menangani-anak-adhd/
Wikipedia Bahasa Indonesia - ADHD

Penyebab-penyebab ADHD

Beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya ADHD dialami oleh seorang anak, adalah sebagai berikut:
1. Genetika atau keturunan. ADHD mungkin dapat terjadi apabila ada salah satu dari orang tua atau leluhurnya yang mengalami ADHD.
2. Riwayat hidup kesehatan Ibu sebelum kehamilan dan sewaktu kehamilan serta saat melahirkan.
3. Penyakit yang pernah diderita Ibu berpengaruh pada kesehatan Ibu dan janinnya.
4. Konsumsi makanan dan minuman, gizi serta jaminan kesehatannya bagi Ibu hamil.
5. Pemakaian obat-obatan bagi Ibu hamil.

Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme).
1. Faktor lingkungan/psikososial
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat hamil, dan alkohol.
2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin(D2 dan D4) pada kromosom 11p.

3. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus frontalis di otak.
b. Pengurangan volume serebrum.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.

Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmiter dopamin dan epinefrina. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki risiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD. Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmiter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.

Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
*                   Kurangnya deteksi dini
*                   Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan rokok, serta stress psikogenik)
*                   Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)

Riwayat yang Diduga ADHD

1. Masa baby – infant

- Anak serba sulit
- Menjengkelkan
- Serakah
- Sulit tenang
- Sulit tidur
- Tidak ada nafsu makan

2. Masa prasekolah

- Terlalu aktif
- Keras kepala
- Tidak pernah merasa puas
- Suka menjengkelkan
- Tidak bisa diam
- Sulit beradaptasi dengan lingkungan

3. Usia sekolah

- Sulit berkonsentrasi
- Sulit memfokuskan perhatian
- Impulsif

4. Adolescent

- Tidak dapat tenang
- Sulit untuk berkonsentrasi dan mengingat
- Tidak konsisten dalam sikap dan penampilan

Penyebab spesifik dari ADHD tidak diketahui. Namun, sejumlah faktor yang berkontribusi, atau memperburuk ADHD. Mereka termasuk genetika, makanan dan lingkungan sosial dan fisik.

Genetika
PET scan menunjukkan otak Subyek ADHD memiliki tingkat lebih rendah dari transporter dopamin di nucleus accumbens, bagian dari pusat pahala otak.
Studi kembar menunjukkan bahwa gangguan tersebut sangat diwariskan dan bahwa genetika adalah faktor dalam sekitar 75 persen dari semua kasus. Hiperaktif juga tampaknya kondisi genetik namun, penyebab lain telah diidentifikasi.
Para peneliti percaya bahwa sebagian besar kasus ADHD timbul dari kombinasi berbagai gen, banyak yang mempengaruhi transporter dopamin. Gen kandidat termasuk α2A reseptor adrenergik, transporter dopamin, reseptor dopamin D2/D3, dopamin beta-hidroksilase monoamine oxidase A, katekolamin-metil transferase, serotonin transporter promotor (SLC6A4), reseptor 5HT2A, reseptor 5HT1B, dari 10 -ulangi alel dari gen DAT1, alel 7-ulang dari gen DRD4, dan gen dopamin beta hidroksilase (DBH Taqi) sebuah varian umum gen. Disebut LPHN3 diperkirakan bertanggung jawab untuk sekitar 9% dari kejadian ADHD, dan kasus ADHD di mana gen ini hadir sangat responsif terhadap obat stimulan.

Lingkungan
Studi sampai saat ini menunjukkan bahwa sekitar 9 sampai 20 persen dari varians dalam hiperaktif-impulsif-leha gejala perilaku ADHD atau dapat dikaitkan dengan nonshared (nongenetik) faktor lingkungan. Faktor-faktor lingkungan terlibat termasuk alkohol dan paparan asap tembakau selama kehamilan dan paparan lingkungan untuk memimpin dalam kehidupan yang sangat awal. Hubungan merokok dengan ADHD bisa disebabkan oleh hipoksia menyebabkan nikotin (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Hal bisa juga bahwa perempuan dengan ADHD lebih mungkin untuk merokok dan karena itu, komponen genetik yang kuat ADHD, lebih mungkin untuk memiliki anak dengan ADHD. Komplikasi selama kehamilan. dan kelahiran-termasuk kelahiran prematur-mungkin juga berperan.  Pasien ADHD telah diamati memiliki tinggi daripada tingkat rata-rata luka di kepala. Namun, bukti saat ini tidak menunjukkan bahwa cedera kepala adalah penyebab. Pasien infeksi ADHD diamati selama kehamilan, saat lahir, dan pada anak usia dini terkait dengan peningkatan risiko mengembangkan ADHD. Ini termasuk berbagai virus (campak, varicella, rubella, enterovirus 71) dan infeksi bakteri streptokokus.
Makanan
Diet dan gangguan perhatian defisit hiperaktif. Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Lancet pada tahun 2007 menemukan hubungan antara konsumsi anak-anak dari banyak warna yang umum digunakan makanan buatan, pengawet natrium benzoat dan hiperaktif. Menanggapi temuan ini, pemerintah Inggris mengambil langkah cepat. Menurut Badan Standar Makanan, badan pengawas makanan di Inggris, produsen makanan sedang didorong untuk secara sukarela phase out penggunaan warna makanan buatan pada akhir 2009.Menyusul tindakan FSA, Komisi Eropa memutuskan bahwa setiap produk makanan yang berisi "Southampton Six" (The pewarna diperdebatkan adalah: sunset yellow FCF (E110), quinoline yellow (E104), carmoisine (E122), Allura merah (E129), tartrazine (E102) dan ponceu 4R (E124)) harus menampilkan label peringatan pada kemasan mereka pada tahun 2010. Di Amerika Serikat, sedikit yang telah dilakukan untuk mengekang penggunaan makanan pabrik warna makanan tertentu, meskipun bukti baru yang disajikan oleh studi Southampton. Namun, AS yang ada Pangan Obat dan Kosmetik Act telah diperlukan bahwa warna makanan buatan disetujui untuk digunakan, bahwa mereka harus diberi nomor FD & C oleh FDA, dan penggunaan warna-warna ini harus ditunjukkan pada kemasan. Ini adalah mengapa makanan kemasan di Amerika mungkin menyatakan sesuatu seperti: "Berisi FD & C Red # 40." Pada Maret 2011, FDA telah mengevaluasi bukti ilmiah tentang hubungan antara pewarna dan ADHD;. Analisis awal menemukan ada hubungan apapun.

Sosial
Negara-negara Organisasi Kesehatan Dunia bahwa diagnosis ADHD dapat mewakili disfungsi keluarga atau kekurangan dalam sistem pendidikan bukan psikopatologi individu. Peneliti lain percaya bahwa hubungan dengan pengasuh memiliki efek mendalam pada kemampuan attentional dan self-peraturan. Sebuah studi tentang anak asuh menemukan bahwa sejumlah besar dari mereka sangat mirip gejala ADHD. Para peneliti telah menemukan perilaku khas dari ADHD pada anak-anak yang mengalami kekerasan dan pelecehan emosional. Selanjutnya, Stress Pasca Trauma Kompleks Gangguan dapat mengakibatkan masalah perhatian yang dapat terlihat seperti ADHD. ADHD juga dianggap berkaitan dengan disfungsi integrasi sensorik. Sebuah artikel 2010 oleh CNN menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko bagi anak-anak internasional yang diadopsi untuk mengembangkan gangguan kesehatan mental, seperti ADHD dan ODD. Risiko ini mungkin berhubungan dengan lamanya waktu yang dihabiskan anak-anak di panti asuhan, terutama jika mereka diabaikan atau dilecehkan. Banyak dari keluarga yang mengadopsi anak-anak yang terkena dampak merasa kewalahan dan frustasi, karena mengelola anak-anak mereka mungkin memerlukan tanggung jawab lebih daripada yang diantisipasi.Badan-badan adopsi mungkin tidak menyadari sejarah perilaku anak, tapi memutuskan untuk menahan informasi sebelum adopsi. Hal ini pada gilirannya telah mengakibatkan beberapa orang tua menuntut lembaga adopsi, dalam penyalahgunaan anak, dan bahkan dalam pelepasan anak.

Sumber:
http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_hyperactivity_disorder
Wikipedia bahasa Indonesia - ADHD

Ciri-ciri Anak Penderita ADHD

ADHD adalah diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku mengganggu bersama dengan gangguan pemberontak oposisi, melakukan kekacauan dan gangguan antisosial.

Menurut  buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD)
1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan
2. Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.
3. Impulsif,
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar.
4. Menentang
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.
5. Destruktif
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.
6. Tidak kenal lelah
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.
7. Tidak sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.

8. Intelektualitas rendah
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Ciri-ciri khusus anak  hiperaktif lainnya diantaranya sebagai berikut :
1.    Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2.    Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3.    Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya.
4.    Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5.    Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6.    Sering terlalu banyak bicara.
7.    Sering sulit menunggu giliran.
8.    Sering memotong atau menyela pembicaraan.
9.    Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis terhadap lawan bicaranya).
Mudahnya, kita dapat melihat ciri-ciri yang mengkhaskan dari ADHD, antara lain:
1. Selalu bergerak, dan gerakan-gerakannya tidak beraturan, tidak terkontol serta tanpa sebab yang jelas.
2. Sering lupa terhadap segala hal, disebabkan kekurangmampuan untuk berkonsentrasi sehingga hal tersebut kurang pula diperhatikannya.
3. Sering bingung tanpa sebab yang kuat.
4. Kelabilan emosi, cenderung gelisah, resah, dan tidak tenang.
5. Kecenderungan mengganggu orang lain.
Ciri-ciri tersebut tidak dapat mewakili diagnosa untuk menentukan bahwa seorang anak mengalami ADHD atau tidak. Penentuan diagnosa, harus dipastikan melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh psikolog/profesional di bidangnya.

Gejala Anak Penderita ADHD

ADHD bermasalah pada perhatian terus-menerus, konsentrasi, dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas. Anak mungkin terlalu aktif dan gegabah. Banyak anak prasekolah cemas, mempunyai masalah yang berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bertingkah laku dengan kurang baik. Mereka nampak tak penuh perhatian. Selama masa kecil nanti, anak seperti itu mungkin menggerakkan kaki mereka dengan resah, bergerak dan mengangkat-angkat tangan mereka, berbicara secara sembarangan, lupa dengan mudah, dan mereka mungkin tidak teratur. Mereka secara umum tidak agresif.

Sekitar 20% dari anak dengan ADHD mempunyai ketidakmampuan belajar dan sekitar 80% mempunyai masalah akademis. Kerjanya mungkin berantakan, dengan kesalahan serampangan dan ketiadaan pemikiran yang dipertimbangkan. Anak yang terkena sering bertingkah laku seolah-olah pikiran mereka di tempat lain dan mereka tidak mendengarkan. Mereka sering tidak melaksanakan sesuai permintaan atau menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau kewajiban lain. Seringkali ada satu tugas yang tak selesai dari yang lain.

Sekitar 40% dari anak terkena mungkin mempunyai persoalan dengan penghargaan diri sendiri, depresi, kegelisahan, atau penentangan kepemilikan sampai usia mereka mencapai masa remaja. Sekitar 60 % anak muda mempunyai masalah seperti itu sewaktu marah, dan kebanyakan anak yang lebih tua mempunyai toleransi rendah terhadap frustrasi.

Gejala Klinis Anak Penderita ADHD

Gejala yang timbul dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrasi, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinasi mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak.

 

3 Gejala Utama ADHD

1. Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian. Seperti,
a. Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas.
b. Mainan, dll sering tertinggal.
c. Sering membuat kesalahan.
d. Mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).

2. Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam. Seperti,
a. Banyak bicara.
b. Tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak.
c. Sering membuat gaduh suasana.
d. Selalu memegang apa yang dilihat.
e. Sulit untuk duduk diam.
f. Lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia.

3. Impulsive

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar). Seperti,
a. Sering mengambil mainan teman dengan paksa.
b. Tidak sabaran.
c. Reaktif.
d. Sering bertindak tanpa dipikir dahulu.

Gejala-gejala Lain

4. Sikap menentang

seperti,
a. Sering melanggar peraturan.
b. Bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas.
c. Lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).

5. Cemas

seperti,
a. Banyak mengalami rasa khawatir dan takut.
b. Cenderung emosional.
c. Sangat sensitif terhadap kritikan.
d. Mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar.
e. Terlihat sangat pemalu dan menarik diri.

6. Problem sosial

seperti,
a. Hanya memiliki sedikit teman.
b. Sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_hyperactivity_disorder
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/ciri-ciri-anak-hiperaktif-atau-penderita-adhd/
http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html
Wikipedia Indnesia - ADHD

Apa itu ADHD?

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan. Secara luas ADHD juga diartikan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Di Indonesia ADHD diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Istilah ADHD sendiri berasal dari penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.

Hal ini ditandai terutama oleh eksistensi gangguan atensi dan hiperaktif, dengan perilaku setiap terjadi jarang sendirian dan gejala awal sebelum usia tujuh tahun, berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
ADHD adalahg gangguan kejiwaan yang paling sering dipelajari dan didiagnosis pada anak-anak, mempengaruhi sekitar 3 sampai 5 persen anak-anak secara global dan didiagnoosis pada sekitar 2 sampai 16 persen dari anak usia sekplah. ini adalah gangguan kronis dengan 30 sampai 50 persen dari orang-orang didiagnosis pada masa kanak-kanak terus mengalami gejala sampai dewasa Remaja san orang dewasa yang dengan ADHD cenderung mengembangkan mekanisme koping untuk mengkompensasi sebagian atau semua gangguan mereka.
ADHD dan diagnosis dan pengobatan telah dianggap kontroversial sejak tahun 1970. Kontroversi telah melibatkan dokter, guru, pembuat kebijakan, orang tua dan media. Topik meliputi penyebab ADHD, dan penggunaan obat stimulan dalam pengobatan. Kebanyakan penyedia layanan kesehatan menerima bahwa ADHD adalah gangguan asli dengan perdebatan dalam komunitas ilmiah keterpusatan terutama di sekitar bagaimana di diagnosis dan diobati. The American Medical Association pada tahun 1998 menyimpulkan bahwa kriteria diagnostik untuk ADHD didasarkan pada penelitian dan, jika diterapkan secara tepat, mengarah pada diagnosis dengan keandalan yang tinggi. Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.

Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_hyperactivity_disorder
http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html
Wikipedia Bahasa Indonesia - ADHD

Apa itu sofskill, harsdkill dan keterkaitannya dengan dunia kuliah maupun kerja?


Soft skills adalah kemampuan atau keterampilan seseorang yang menyangkut kehidupan sosialnya yang lebih menekankan pada EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang dibandingkan IQ nya. Menurut  pendapat Berthal soft skills didefinisikan “Personal and interpersonal behaviors that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative). Soft skills do not include technical skills, such as financial, computer or assembly skills.” Soft skills adalah sebuah kualitas, ciri kepribadian dan keahlian sosial yang dimiliki seseorang dengan kemampuan yang berbeda-beda. Soft skills bersifat invisible dan tidak segera.

Secara garis besar soft skills bisa digolongkan ke dalam dua kategori :
• Intrapersonal skill (keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri) dan
• Interpersonal skill (keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain ).
Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill ( improvement, self control, trust, worthiness, time/source management, proactivity, conscience).
Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill (leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy).


Langkah-langkah pengembangan soft skills dapat dilakukan dengan berbagai
cara menurut TNT Magazine, 2009, diantaranya adalah dengan program pengembangan:

(1) written curriculum, ini dilakukan dengan memasukan soft skills yang telah
ditentukan ke dalam rancangan pembelajaran. dengan demikian penguasaan
mahasiswa terhadap soft skills tertentu harus dimasukkan dalam aspek penilaian mata kuliah tersebut.

(a) kemampuan komunikasi, dengan aspek-aspek Komunikasi lisan dan non lisan.
Komunikasi lisan dikembangkan dengan indikator:
 menyampaikan ide dengan jelas dan yakin
 keruntutan dalam menyampaikan ide
 penggunaan bahasa baku sesuai konteks
 komunikasi interpersonal sesuai dengan situasi
Sedangkan komunikasi non lisan dikembangkan dengan indikator mendengarkan
dengan aktif dan memberikan tanggapan yang sesuai.

(b) Kemampuan penyelesaian Masalah (Problem Solving) dikembangkan dengan
indikator:
 Mengenali masalah
 Menganalisis masalah
 Merancang strategi penyelesaian masalah
 Memberi justifikasi
 Kebenaran penyelesaian masalah

(c) Kemampuan bekerja sama (Team Work) dikembangkan dengan indikator
 Interaksi dalam kelompok
 Berperan dalam kelompok
 Memberi sumbangan dalam kelompok
 Menghargai pendapat orang lain

(d) Kemampuan kepemimpinan (Leadership), dikembangkan dengan indikator
 Kemampuan merancang kegiatan yang akan dilakukan
 Kemampuan mengorganisasi pelaksanaan suatu kegiatan
 Kemampuan menerima pendapat orang lain
 Kemampuan memotivasi anggota kelompok

(2) Hidden curriculum, ini dilakukan secara informal yaitu melalui interaksi dosenmahasiswa.
dosen sebagai panutan (role model). dapat juga dilakukan dengan
menciptakan atmosfir akademik di lingkungan jurusan atau program studi.
Dosen dalam aktivitas perkuliahan dapat memberi teladan sekaligus melatih
kedisiplinan, tanggungjawab, etika (sopan santun), kemandirian kepada mahasiswa.

(3) Co-curriculum, memanfaatkan kegiatan seperti Praktik Pengalaman lapangan
(PPL), ataupun KKN (kuliah kerja nyata).

(4) Extra-curriculum, melibatkan unit kegiatan mahasiswa sebagai wadah untuk
melatih soft skills mahasiswa tersebut.

Berikut adalah contoh-contoh soft skills: kemampuan beradaptasi, komunikasi, kepemimpinan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, kemampuannya mengatur waktu, keinginannya untuk belajar, kerjasama dlm tim, gigih, mengambil Inisiatif,dan berani.


Lalu perbedaan apa antara Soft skills dan Hard skills?

Menurut Wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Soft-skills) pengertian Soft skills dan Hard skills didefenisikan Soft skills is a sociological term for a person’s “EQ” (Emotional Intelligence Quotient), which refers to the cluster of personality traits, social graces, communication, ability with language, personal habits, friendliness, and optimism that mark each of us in varying degrees. Soft skills complement hard skills, which are the technical requirements of a job.”
(Soft skills adalah sosiologis yang berkaitan dengan seseorang "EQ" (Emotional Intelligence Quotient), kumpulan karakter kepribadian, rahmat sosial, komunikasi, bahasa, kebiasaan pribadi, keramahan, dan optimisme yang menjadi ciri hubungan dengan orang lain. Soft skills melengkapi hard skills (bagian dari seseorang IQ), yang merupakan persyaratan pekerjaan pekerjaan dan banyak kegiatan lainnya.)
Pengertian hard skills sendiri adalah kemampuan seseorang yang bersifat  visible, sehingga orang lain dapat segera melihat apakah orang tersebut memiliki kemampuan dibidang tertentu atau tidak saat diminta untuk melakukan sesuatu dibidangnya masing-masing. Contoh hard skills yang dimiliki seseorang adalah kemampuan teknis yang ia pelajari seperti penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dapat juga hal-hal yang dipelajari sejak kecil seperti berlari, melompat dan bermain bola.Sedangkan soft skills bersifat invisible sehingga orang lain tidak dapat langsung melihat dengan segera soft skills seseorang. Misalnya kemampuan seseorang dalam beradaptasi atau kemampuan seseorang dalam memimpin.

Apa hubungan hard skills dan soft skills pada dunia kuliah dan kerja?

Hard skills dan Soft skills sangat penting adanya dalam dunia kerja dan kuliah, keduanya adalah keterampilan yang saling mendukung, penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skills). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skills dan sisanya 80% oleh soft skills.

Pada dunia perkuliahan mahasiswa perlu berinisitaif untuk memanfaatkan proses pembelajaran di luar kelas. Menempatkan mahasiswa sebagai “manusia pembelajar” yang harus aktif dan kritis dalam menjalankan proses pembelajaran. Ada kecenderungan bahwa mahasiswa belajar di kelas untuk penguasaan core competency atau hard skills sesuai dengan bidang ilmu atau program studinya masing-masing. Padahal kesuksesan seseorang tidak hanya mengandalkan penguasaan hard skills saja. Hard skills bekaitan erat dengan perkuliahan, Karen setiap materi yang diberikan kepada pengajar (dosen) merupakan hard skills. Sedang soft skills juga berkaitan karena berinteraksi dengan teman, bekerja sama mengerjakan tugas juga merupakan soft skills.

Sedangkan dalam dunia kerja realitanya, pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skills) lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai. Sedangkan untuk soft skills biasanya dievaluasi oleh psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes, meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam menempatkan ‘the right person in the right place’.

Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skills merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillsnya yang baik. Psikolog kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan kemampuan mempengaruhi orang lain. Yang tak lain dan tak bukan merupakan soft skills.

Soft skills apa saja yang dibutuhkan di dunia kerja?
Banyak hal yang dibutuhkan seseorang dalam meraih pekerjaan, namun apa saja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dalam dunia kerja? Berikut adalah 10 macam softskills yang dibutuhkan di dunia kerja:
• Inisiatif
• Integritas
• Berfikir kritis
• Kemauan untuk belajar
• Komitmen
• Motivasi untuk meraih prestasi
• Antusias
• Kemampuan berkomunikasi
• Handal (reliable)
• Rerkreasi.


Sumber:
https://ubb.ac.id menulengkap php judul=antara hard skills
dan soft skills
https://yahyaandri.blogspot.com/2010/11/perbedaan-softskill-dan-hardskills.html
https://cognitiobrevis.blog.com/2011/04/18/apakah-yang-dimaksud-dengan-soft-skills/
https://rezaervani.wordpress.com/2008/06/21/apa-beda-soft-skill-dan-hard-skill/
https://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/ perbedaan-softskill-dan-hard skills/
https://nurendahsari.blogspot.com/2010/02/antara-softskill-dan-hard skills.html
https://10507276.blog.unikom.ac.id/softskill-dan.2pf
https://blogs.unpad.ac.id/zikri/2010/04/22/nurses-softskills-jangan-lulus-hanya-dengan-gelar-saja
https://putrimeylaniep.blogspot.com/2011/01/pentingnya-mrmiliki-soft-skill-dalam.html