_

_

Sabtu, 04 Mei 2013

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)


Apa itu ADHD?
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan. Secara luas ADHD juga gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Di Indonesia ADHD diartikan sebagai gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Sederhananya dijelaskan bahwa ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Istilah ADHD sendiri berasal dari penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian ini dilakukan terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.
Hal ini ditandai terutama oleh eksistensi gangguan atensi dan hiperaktif, dengan perilaku setiap terjadi jarang sendirian dan gejala awal sebelum usia tujuh tahun, berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
ADHD adalah gangguan kejiwaan yang paling sering dipelajari dan didiagnosis pada anak-anak, mempengaruhi sekitar 3 sampai 5 persen anak-anak secara global dan didiagnosis pada sekitar 2 sampai 16 persen dari anak usia sekolah. Ini adalah gangguan kronis dengan 30 sampai 50 persen dari orang-orang didiagnosis pada masa kanak-kanak terus mengalami gejala sampai dewasa Remaja dan orang dewasa yang dengan ADHD  cenderung mengembangkan mekanisme koping untuk mengkompensasi sebagian atau semua gangguan mereka.
ADHD dan diagnosis dan pengobatan telah dianggap kontroversial sejak tahun 1970. Kontroversi telah melibatkan dokter, guru, pembuat kebijakan, orang tua dan media. Topik meliputi penyebab ADHD, dan penggunaan obat stimulan dalam pengobatan. Kebanyakan penyedia layanan kesehatan menerima bahwa ADHD adalah gangguan asli dengan perdebatan dalam komunitas ilmiah keterpusatan terutama di sekitar bagaimana didiagnosis dan diobati. The American Medical Association pada tahun 1998 menyimpulkan bahwa kriteria diagnostik untuk ADHD didasarkan pada penelitian dan, jika diterapkan secara tepat, mengarah pada diagnosis dengan keandalan yang tinggi. Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.

Penyebab-penyebab ADHD
Beberapa faktor yang memungkinkan dapat terjadinya ADHD dialami oleh seorang anak, adalah sebagai berikut:
  1. Genetika atau keturunan. ADHD mungkin dapat terjadi apabila ada salah satu dari orang tua atau leluhurnya yang mengalami ADHD.
  2. Riwayat hidup kesehatan Ibu sebelum kehamilan dan sewaktu kehamilan serta saat melahirkan.
  3. Penyakit yang pernah diderita Ibu berpengaruh pada kesehatan Ibu dan janinnya.
  4. Konsumsi makanan dan minuman, gizi serta jaminan kesehatannya bagi Ibu hamil.
  5. Pemakaian obat-obatan bagi Ibu hamil.

Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya ADHD
  1. Kurangnya deteksi dini.
  2. Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracunan obat, alkohol, dan rokok, serta stress psikogenik).
  3. Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)
Penyebab spesifik dari ADHD tidak diketahui. Namun, sejumlah faktor yang berkontribusi, atau memperburuk ADHD. Mereka termasuk genetika, makanan dan lingkungan sosial dan fisik.

Ciri-ciri Anak Penderita ADHD
ADHD adalah diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku mengganggu bersama dengan gangguan pemberontak oposisi, melakukan kekacauan dan gangguan antisosial .
Menurut  buku ”Anak Hiperaktif” (Zafiera, Ferdinand. 2007. Jogjakarta: Katahati) Ciri anak hiperaktif atau anak penderita attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD) adalah:

  1. Tidak fokus
Anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa konsentrasi lebih dari lima menit. Tidak memiliki focus yang jelas dan melakukan sesuatu tanpa tujuan.

  1. Sulit untuk dikendalikan
Anak hiperaktif memang selalu bergerak, nakal. Keinginannya harus segera dipenuhi. Tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan.

  1. Impulsif
Melakukan sesuatu secara tiba-tiba tanpa dipikir lebih dahulu. Selalu ingin meraih dan memegang apapun yang ada di depannya. Gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia prasekolah dasar.

  1. Menentang
Umumnya memiliki sikap penentang/pembangkang/tidak mau dinasehati. Penolakannya ditunjukkan dengan sikap cuek.

  1. Destruktif
Destruksif atau merusak. Merusak mainan yang dimainkannya dan cenderung menghancurkan sangat besar.

  1. Tidak kenal lelah
Sering tidak menunjukkan sikap lelah, hal inilah yang sering kali membuat orang tua kewalahan dan tidak sanggup meladeni perilakunya.

  1. Tidak sabar dan usil
Ketika bermain tidak mau menunggu giliran,tetapi langsung merebut. Sering pula mengusili teman-temannya tanpa alas an yang jelas.

  1. Intelektualitas rendah
Sering kali anak dengan gangguan hiperaktif memiliki intelektualitas di bawah rata-rata anak normal. Mungkin dikarenakan secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya.

Solusi menangani anak ADHD
Penanganan pharmacological diterapkan tergantung pada hasil diagnosa dokter dan psikolog. Umumnya dokter memberikan obat-obatan pada anak. Selama masa terapi ini, sangat disarankan agar orang tua senantiasa berhubungan dengan dokter. Sedangkan nonpharmacological adalah cara alternatif menangangi ADHD tanpa obat, yaitu: pendidikan khusus, terapi perikalu dan psikoterapi seluruh keluarga. Hingga saat ini para ahli masih meneliti dampak penanganan alternatif ini dalam mengembangkan disiplin dan rasa tanggung jawab pada anak pengidap ADHD.

Pengobatan
Untuk meminimalisir efek ADHD, struktur, rutinitas, rencana intervensi sekolah, dan teknik pengasuhan yang dimodifikasi sering diperlukan. Beberapa anak yang tidak agresif dan yang datang dari lingkungan rumah stabil dan lingkungan rumah yang mendukung mungkin lebih berguna dengan pengobatan obat sendiri. Terapi kelakuan yang diadakan oleh seorang psikolog anak kadang-kadang digabungkan dengan pengobatan obat.
Terapi yang diberikan untuk pasien ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari Edukasi dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmasi. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah:
1.    Terapi Obat-obatan;
2.    Terapi nutrisi dan diet;
3.    Psikososial; dan
4.    Obat.

Sumber:
http://dosenku-kus.blogspot.com/2008/05/adhd-apa-itu.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Attention_deficit_hyperactivity_disorder
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/08/ciri-ciri-anak-hiperaktif-atau-penderita-adhd/
http://perempuanmanies.wordpress.com/2010/04/09/solusi-untuk-menangani-anak-adhd/
Wikipedia bahasa Indonesia - ADHD